Senyumlah selapangnya.
Bismillah, Allah mengizinkan nama
ARNI SHUHADA BINTI SUKRIDIN
menjadi milik diri.
"Perjalananku jua dirimu pasti berakhir menuju Pencipta,
Andai kata syurga itu layak ku jejaki, ingin ku menapak ke sana bersama-sama dirimu saudara islamku semua."

Friday 13 November 2015

Pejabat, 05:22 PM

Being like emm entah. Kadang kita ni suka saja cepat sensitip. Haha. Sensitip pulak benda yang kadang tu tak relevan. Sudahlah, usah cengeng Arni Shuhada! Kamu itu sudah dewasa sih! Akhir-akhir ini ramai pulak yang sensitif. Bukan diri sendiri dah, tapi orang di sekeliling. Phew. Menguji kesabaran dan ketabahan tahap tinggi bak bangunan KLCC. Eh. Ok pickupline yang tak berapa nak terhibur dan tersentuh.

Ah.

Hempas badan. Tidur lagi baik. Eh.

Haih. Aneh bukan perangai orang-orang dewasa ni? Bukan seperti waktu kita kecil-kecil dulu. Plain dan innoncent sangat. Peh, espesheli Arni Shuhada yang chumel waktu kecil-kecil dulu *masuk bakul hangkat sendiri*

Ok merepek kerepek.

Ya benarlah! Akan ada satu ketika. Kita akan duduk dan terfikir. Apa sebenarnya yang jadi pada diri aku ni? Bermuhasabah dan meneliti pada segenap segi. Seperti terbawa dek arus yang kuat. Sehinggakan terdampar di tebing yang tidak pernah kita fikirkan pun untuk tersadai di situ. Ya. Kelihatan sangat lemah sekali. Seperti pengharapan semalam bukan lagi valid untuk dijadikan janji yang utuh untuk hari ini dan masa akan datang.

Biarlah berehatlah dulu. Tenangkan fikiran. Mungkin ada ketikanya, kita perlu menyendiri, untuk mengingatkan diri sendiri bahawa tak semua yang kita nak akan kita dapat dengan mudah-mudah. Bahkan pelbagai ujian yang terpaksa kita rempuhi, kita renangi agar sampai ke muara yang lebih luas persimpangan dan hala tujunya.

Moga nanti kita akan sama-sama menjejak ke muara. Lalu mudik ke arus yang lebih tenang dan luas pemandangannya. Kelak moga di situ kita nikmati kebahagiaan yang kita cari.

Hajatnya impian kita tercapai. Aku doakan.

Papp! Bahu ditampar halus. Aiwah, kakak di sebelah tersenyum simpul.

"Woi Shuu, hakak mengantuk!"

Saya tersengih lalu membiarkan saja matanya kuyu. Fikiran masih melayang memikirkan beberapa perkara yang agak serius. Ceh!

Dulu. Ya dulu pernah jiwa ini mati, tersadai lemah. Namun ada saja 'tangan' yang datang menghulur memberi seteguk kemanisan petunjuk. Merawat segala duka. Sahabat-sahabat fillah yang tidak kurang sedikitpun perhatian. Allah, rindu. Tiba-tiba terdetik satu ayat yang pernah ditadabburi,

 “Maka lihatlah olehmu kepada kesan-kesan rahmat Allah, bagaimana Dia menghidupkan bumi sesudah matinya (dengan tanaman-tanaman yang menghijau subur). Sesungguhnya Allah yang demikian kekuasaanNya, sudah tentu berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati dan (ingatlah) Dia maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” 30 : 50

Moga Allah jaga. Moga Allah redha.


We were never supposed to know, and we are not expected to know - See more at: http://janariess.religionnews.com/2015/04/23/mormon-celebrates-believe-instead-know/#sthash.iRPYozFz.dpuf
When I started searching for faith rather than knowledge, I learned something important: We were never supposed to know, and we are not expected to know - See more at: http://janariess.religionnews.com/2015/04/23/mormon-celebrates-believe-instead-know/#sthash.iRPYozFz.dpuf
When I started searching for faith rather than knowledge, I learned something important: We were never supposed to know, and we are not expected to know - See more at: http://janariess.religionnews.com/2015/04/23/mormon-celebrates-believe-instead-know/#sthash.iRPYozFz.dpuf
When I started searching for faith rather than knowledge, I learned something important: We were never supposed to know, and we are not expected to know - See more at: http://janariess.religionnews.com/2015/04/23/mormon-celebrates-believe-instead-know/#sthash.iRPYozFz.dpuf

No comments: